Rabu, 25 April 2012

Cerita dari Balik Gerbong Kereta

Mencari Kursi

Dunia Berjalan

Di Pinggir Lintasan

Menunggu....

Melihat Kereta Api

Sahabat Lama

Polisi Kereta
Klaten

Jalan Pagi....

Suara peluit panjang melengking dari ujung peron, Kereta Sancaka Pagi tujuan Surabaya yang telah selesai menaikkan penumpang menyambutnya dengan bergerak perlahan meninggalkan Stasiun Tugu, Yogyakarta  Senin (26/12).
Perjalanan pun genap dimulai pada Pukul 07.15. Gemuruh suara lokomotif dan gesekan baja boogie yang memimpin perjalanan menjadi lagu pembuka dalam menikmati rute sepanjang 311 kilometer.
Dan kehidupan tidak hanya berjalan di dalam gerbong. Pemeriksaan tiket, petugas yang menawarkan makna dan minuman, hingga mimpi yang hadir bersama penumpang yang memilih menenggelamkan diri dalam tidur nyenyaknya. Kehidupan juga hadir di luar gerbong, calon penumpang yang menunggu kereta di setiap staisun pemberhentian, petani yang bekerja di ladang, juga pengendara yang melintasi penggalan jalan yang kadangkala bersissian dengan jalur kereta.
Perjalanan itu sendiri tidak hanya sebuah rutinitas yang menghantarkan penumpang dari satu kota ke kota lainnya melainkan sebuah perjalanan yang memberikan kesadaran kepada siapapun betapa suburnya Indonesia. Kesuburan itulah yang telah membuat banyak bangsa lain berlomba untuk menguasainya ratusan tahun lamannya.
Perjalanan tersebut juga menandai”keberhasilan” anak negeri yang mampu menjaga sebuah sistem transportasi yang sudah ada sejak jaman kolonial Belanda. Rel yang masih nyaman dilewati, wesel yang masih berfungsi dengan semestinya, dan sistem sinyal yang bekerja dengan layak,  telah hadir bersama modernisasi transpotasi kereta api hingga saat ini.
Melintasi Klaten pemandangan Gunung Merapi dan Merbabu di kejauhan yang  serasi dengan hamparan hijau persawahan, ladang tebu, dan tembakau telah menunggu. Petani yang menyiangi sawahnya dan  memulai menanam padi tidak terganggu sedikitpun  deru kereta yang melintas dengan terus bekerja.
Pemadangan alam pedesaan berubah perlahan sejalan kereta memasuk Kota Solo. Sawah dan ladang digantikan oleh  rumah-rumah padat berhimpitan, serta aktifitas warga menikmati  terlihat jelas dari balik kaca jendela.
Setelah berhenti sejenak di Stasiun Tua Solo Balapan, kereta yang telah melewati pemeriksaan dan turun naik penumpang kembali melaju. Melintasi sebuah jembatan yang melintang di atas Sungai bengawan Solo untuk menuju Karanganyar. Kerta api Terus dan terus berjalan. Pemandangan kembali berubah dengan pemandangan hijau aral perswahan.
Kereta kembali berhenti di Stasiun Madiun, hal yang paling diingat adalah penjual pecel. Memanfaatkan kereta yang berhenti, penjual pecel tersebut gigih menawarkan dagangannya. Teriakan dari pintu tersebutpun memenuhi dalam gerbong.
Pada menit terakhir dari lima jam pejalanan, Kereta api mulai memasuki Kota Surabaya. Tidak banyak yang bisa dinikmati dari penggalan terakhir perjalanan  dari kota  yang terus berkembang seraya menyusul kemegahan Ibukota Negara. Walau di kejauhan gedung megah berdiri, rumah-rumah kumuh di sisi kanan kiri rel memberikan jelas dampak dari sebuah modernisasi.
Perjalanan selama lima jam mengandung pesan,  “Luangkan waktu sedikit untuk menjaga mata saat perjalanan dimulai, Karena bukan tidak mungkin, tren ketidakpedulian kita yang sedang melanda negeri ini akan mencabut keindahan tersebut selamanya dari Indonesia...” (BAH)

Kelahiran Nada....

Ruang Kosong
Menunggu Waktunya

Mencari Nafas

Bantuan di mana-mana
Menatap dan Berharap
Seputih Harapan

Selalu Ada Untuk....

Hold On

Selesai dengan Normal

Annada Sanjiwani Patria
Pergi Untuk Kembali


Tidak ada sesuatu yang terjadi tiba-tiba, semua pasti ada prosesnya. Begitu Dokter Dewi berpesan satu hari sebelumnya. Dari bukaan kedua biasanya memerlukan waktu 18 hingga 24 jam untuk menuju ke pembukaan selanjutnya. Dan perjuangan dimulai sejak pagi hari. Kita lihat sore nanti!!! Bunda sudah mules dan dibarengi kontraksi yang intensitasnya semakin sering. Dan ruangan dengan cahaya terang benderang itu menelanjangi nyali setiap orang. Gunting, perban, dan sejumlah kemampuan profesional sibuk memeloti perkembangan setiap jamnya. Setelah jam-jam yang terbuang, bukaan baru bukaan tiga di jam delapan. Bunda pakai waktu yang ada untuk berjalan-jalan, kemudian seringkali diam, menahan kontraksi. Nyeri telah menggerogoti logika. Saat sarung tangan Dokter Dewi dan sejumlah bidan terus bekerja. Usaha terbayar darah, dan darah terbayar dengan jerit tangismu yang pecah dua jam kemudian......merdeka nak!!! ayah hanya ingin kamu merdeka!!! Bisik kecil aku, ayahmu, Setelah suara adzan membasuh lembut telingamu yang memerah.....(9 April 2012)