Selasa, 26 Juni 2012

Jaring tarik, menjaring ikan menarik kehidupan.













Angin berhembus kencang, dan ombak bergulung-gulung menepi. Pantai Prigi dengan teluknya yang indah bukan hanya tempat wisata, melainkan tempat pendaratan nelayan untuk menjual hasil tangkapan laut, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, (20/12/2011).
Hasil tangkapan tersebut tidak hanya didapat dengan menarik gas mesin kapal hingga ke tengah laut, sejumlah nelayan menangkap ikan dengan menggunakan jaring dari pinggir pantai.
Salah satu nelayan Eko menjelaskan aktifitas menjaring dimulai sejak pukul 08.00. Diawali sebuah sampan membawa jaring ke tengah laut yang jaraknya bisa satu kilometer dari bibir pantai,  tempat dua puluhan nelayan sudah siap menerima tali dan menariknya perlahan sesaat setelah jaring diceburkan ke laut. 
Sampan tersebut juga sebagai penanda sisa jaring yang harus ditarik. Nelayan tersebut dibagi menjadi dua kelompok yang jaraknya saat awal menarik mencapai 300 meteran jauhnya. Kemudian dibarisan paling belakang ada nelayan yang bertugas menggulung dan menahan tali yang sudah ditarik agar tidak terseret lagi ke tengah laut dengan cara melilitkannya ke batang kayu.
Dengan panjangnya jaring yang ditarik dari tengah laut, aktifitas jaring tarik pun berlangsung hingga berjam-jam.  Diakhir tarikan, sejalan dengan ratusan meter jaring yang ditarik dan digulung, dua kelompok nelayan yang sebelumnya berjauhan saling mendekat. Tambang-tambang yang dipegang dua kelompok tersebut baru terlihat berlabuh pada jaring utama.
Walau tinggal beberapa meter dari bibir pantai, tidak semakin mempermudah perjuangan. Ikan yang berhasil terjaring serta ombak pasang menambah kesulitan jaring tersbut ditarik dari laut. “Tarik...Tarik....Tarik....” teriak mereka bersamaan. Nelayan yang bertugas menarik jaring yang paling ujung berbentuk kantong timbul terbenam air laut, memegang kuat jaring agar ikan-ikan yang berhasil dijaring tidak lepas.
Nelayan di pinggir harap-harap cemas. Bukan sekali dua kali tapi seringkali jaring-jaring tersbut gagal menjaring banyak ikan melainkan hanya ubur-ubur. Waktu menunjukkan pukul 16.00 saat jaring sepenuhnya dapat ditarik dari laut. Kelelahan mereka terbayar, wajahpun berubah sumringah. Warga yang menonton perjuangan nelayan jaring tarik dibuat kagum. Jaring mereka penuh oleh ikan layur, ratusan ikan layur.
Namun sayang, seperti kebanyakan nelayan di pinggiran pantai di manapun di nusantara yang seringkali dipermainkan oleh kehidupan. Pencapaian yang didapat hari ini merupakan pelipur kesusahan yang panjang. Cuaca laut yang tidak menentu, permainan tengkulak, mahalnya harga bahan bakar untuk melaut hingga semakin meningginya tingkat kebutuhan pokok seringkali tidak bisa mengangkat mereka dari garis kemiskinan.
Tapi alam selalu punya cara memberikan sumber dayanya bagi yang berusaha dan bekerja keras. Termasuk bagi para nelayan yang gigih menarik jaring dari awal pagi hingga petang menjelang. Tangkapan mereka saat itu berhasil memperpanjang kehidupan mereka beberapa hari ke depan, sebelum akhirnya kesusahan kembali menghadang. Jaring tarik, menjaring ikan menarik kehidupan. (BAH)


Selasa, 05 Juni 2012

Nada dan Doa....













Sejak pagi Nada, menangis keras, maklum sinar terik matahari memeluk tubuhnya erat membuat ia tidak nyaman. Sebulan telah lewat saat akhirny aku pulang dan melaksanakan Aqiqh Nada di Bekasi, Minggu (20/5).
Kerabat dekat mulai berdatangan, membantu apa yang bisa dibantu untuk kelancarannya. Beberapa lainnya memilih menimang dan mengagumi nada kecil yang masih menangis.
Rencana, lepas Dzuhur pengajiannya akan dimulai, menandai dimulainya siraman doa-doa yang akan menghantarkankan Nada menuju kedewasaaanya.
Dan kegitatan tersebut seperti sebuah tradisi, yang pelaksanaannya bisa berbeda di setiap daerah.
Aqiqah sendiri adalah sebuah kegiatan dalam Islam yaitu  menyembelih hewan ternak berupa kambing/domba sebagai rasa syukur kepada Alloh SWT atas karunia anak laki-laki atau perempuan. Hukumnya adalah Sunnah bagi orang tua atau wali dari anak tersebut.  Pelaksanaannya bisa dihari ketujuh, empat belas dan dua puluh satu atau pada hari-hari yang lainnya yang memungkinkan.
Selain itu Aqiqah memiliki tujuan untuk meningkatkan jiwa sosial dan tolong-menolong sesama tetangga di lingkungan sekitar, menanamkan jiwa keagamaaan pada anak, sebagai tanda syukur kita kepada Allah SWT atas segala nikmat dan rejeki yang diberikan kepada kita selama ini.
Doapun mulai dipanjatkan, berjam lamanya. dan Nada sudah cantik sekali di kamar menunggu pengajian usai. Baju warna merah jambu melekat di tubuhnya. Saat nada yang digendong nenek dan diikuti tante dan bunda keluar kamar, peserta pengajian dibuat takjub. "Cantik sekali..", "Wah tebal sekali rambutnya...." begigitu banyak peserta pengajian berujar.
Nada dibawa berkeliling ruang tamu. Sambil membaca doa-doa, tamu diberi kesempatan membasuh air bunga ke kening nada dan menggunting sedikit ujung rambut nada. Dan banyak dari mereka adalah tetangga dekat. Mereka mencium dan berdoa " Yang sehat dan pintar ya...." . Nada hanya diam, tidak lagi menangis seperti saat pagi atau saat akan dipakaikan baju. Semoga ini pertanda, bahwa Nada akan tidak hanya menjadi sahabat bagi dirinya sendiri melainkan  menjadi sahabat bagi bumi dan berguna bagi orang disekitarnya .  (BAH)