Selasa, 16 Juli 2013

Kalahnya sang Predator Laut













Di bibir dermaga Pelabuhan Pendaratan Ikan Muncar Banyuwangi, Jawa Timur,  puluhan warga sabar menunggu. Pandangan mata mereka terus mengawasi dua kapal yang baru lempar jangkar, Senin (26/11) .
Tidak seperti kebanyakan kapal yang tiba membawa tonggkol, tuna, makarel, Layur, kapal tersebut membawa tangkapan berupa ikan hiu. Hiu ukuran besar dengan bobot mencapai empat kwintal akan menjadi subjek wisata warga yang sedang berkunjung ke Muncar.
Dua perahu ukuran sedang yang menjemput tangkapanpun merapat. Perahu tersebut menggantikan kapal yang tidak bisa merapat akibat air laut yang sedang surut. Kuli-kuli angkut dengan sigap menyambutnya dengan mengeluarkan berbagai jenis hiu hasil dari kapal dan mengangkutnya ke tempat penjualan. Ikan tersebut di ambil dari perairan Kalimantan hingga Sulawesai dalam perburuan yang dilakuakn selama dua belas hari.
Di tempat penjualan, setelah ditimbang hiu tersebut di letakkan di lantai. Di jejer rapi untuk memudahkan proses pengambilan sirip. Hiu tersebut ditangkap untuk berbagai alsan dari kuliner hingga medis.
Di bidang kesehatan ilmuwan berusaha menghubungkan protein dan mineral yang ada di tulang rawan sirip hiu. Sirip dan moncong hiu yang terbuat dari tulang rawan  diketahui memiliki ketahanan yang kuat terhadap infeksi serta kekebalan terhadap kanker.
Hal tersebutlah yang mempuat posisi ikan hiu yang merupakan salah satu predator puncak di lautan terus terdesak sehingga terancam punah di bumi. Sejumlah gerakan menolak perburuan hiu yang gencar dilakukan secara global  membuat sejumlah negara mengambil kebijakan untuk melarang jual beli hiu terutama siripnya.
“ Dulu saat belum banyak larangan penjualan sirip hiu, pada 2010 harga perkilogramnya mencapai  Rp1,8 Juta dan kini hanya Rp800.000 rupiah “ Ujar Rahman pekerja di pelabuhan pendaratan ikan.  “Ada pembeli hanya mengambil sirip, ada juga tubuh beserta organ dalamnya.  Semua bagian laku dijual “ Jelas Rahman lagi, tapi dia tidak tahu menahu akan digunakan untuk apa saja hiu tersebut dibeli, yang ia tahu ikan ikan ukuran besar tersebut dikirim ke Surabaya dan Tuban “.
            Tanpa pengaturan yang jelas atau mungkin pelarangan perburuan hiu akan membuat ikan yang telah hidup sejak masa purba tersebut hanya akan dilihat dan dipelajari melalui literatur-literatur ilmu kelautan. Dan punahnya predator utama di lautan tersebut akan membuat ekosistem tidak seimbang. (BAH)
            .

2 komentar: